Jumat, 09 Januari 2009

Condro, Yuddy, dan Slank Terima Reform Award

Condro, Yuddy, dan Slank
Terima Reform Award


JAKARTA – Ada warna baru yang cukup menyegarkan dalam metode gerakan mahasiswa. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabotabek mengambil inisiatif untuk menganugerahkan Reform Award kepada lima orang dan satu grup musik.

’’Mereka kami nilai memiliki konstribusi dalam mendobrak tradisi yang monoton yang ada di bangsa ini, khususnya di bidang politik, hukum, dan HAM,’’ kata Ketua Pelaksana Penganugerahan Reform Award Adi Rohadi di Jakarta Media Center, Jakarta, kemarin (8/1).

Para penerima award kemarin hadir dalam acara sederhana yang dihadiri ratusan mahasiswa dan aktivis. Mereka adalah mantan anggota DPR dari PDIP Agus Condro, legislator muda Partai Golkar Yuddy Chrisnandy, Direktur Human Rights Working Group-HRWG Rafendi Jamin, mantan sekretaris pribadi Max Moein Desi Firdianti, dan vokalis grup band Slank ’’Kaka’’.

Sementara itu, Sekjen Komite Bangkit Indonesia (KBI) Ferry Joko Yuliantono yang ikut menerima Reform Award tidak bisa hadir. Sebab, dia kini menjadi tahanan Mabes Polri karena diduga terkait aksi rusuh massa dan mahasiswa pada 24 Juni 2008.

Adi menjelaskan, Agus Condro diberi award karena telah berani melaporkan dirinya sendiri dalam kasus gratifikasi pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia di DPR periode 1999–2004 yang memenangkan Miranda S. Goeltom. ’’Keberanian politikus dari Batang, Jawa Tengah, ini sangat langka. Walaupun risikonya dia harus diberhentikan partainya dari DPR,’’ ujar Adi.

Adapun Yuddy Chrisnandy dinilai sebagai sosok politikus yang berani menampilkan sosok kepemimpinan kaum muda yang berani bertentangan dengan sikap partainya. Misalnya, menjadi legislator Golkar satu-satunya yang ikut mendukung hak angket BBM.
Bagaimana Ferry Joko Yuliantono dan Rafendi Jamin? ’’Ferry berani melawan kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM sampai harus menjalani proses hukum dan Rafendi tetap konsisten menuntut pemerintah menuntaskan kasus-kasus HAM,’’ tutur Adi.

Sedangkan Desi Firdianti, imbuh dia, telah berani mengungkapkan kasus penindasan terhadap wanita yang dialami sendiri. Meskipun, penindasan itu dilakukan seorang anggota DPR yang memiliki kekuasaan, yaitu Max Moein.

’’Kalau Slank itu, kami anggap satu-satunya seniman yang peduli ikut menyosialisasikan pemberantasan korupsi di Indonesia,’’ tandas mahasiswa UIN Jakarta itu.
Menanggapi award yang diterima, Yuddy Chrisnandy berusaha merendah. Menurut dia, banyak politisi muda yang lebih pantas menerima award daripada dirinya. ’’Apa yang saya lakukan di parlemen semata-mata hanya untuk menjalankan tugas sebagai wakil rakyat,’’ katanya.

Yuddy percaya, Reform Award ala mahasiswa tersebut murni berangkat dari idealisme. Sebab, tidak mudah menyatukan persepsi mahasiswa tentang tokoh yang layak diberi award. Apalagi, para mahasiswa bukan tokoh yang bisa disogok. ’’Jujur saja, mereka ini nggak minta duit sama sekali. Bahkan, saya dikasih tahu mendadak. Tapi, itulah gaya mahasiswa. Ini lebih baik daripada award-award lain yang biasanya elitis itu,’’ puji Yuddy yang langsung disambut tepuk tangan riuh.

Agus Tjondro juga memberikan apresiasi. Menurut dia, Reform Award ikut membalikkan kecurigaan yang berkembang belakangan ini bahwa agenda mahasiswa penuh ’’pesan sponsor’’. ’’Karena ini murni keinginan mereka, makanya saya mau datang,’’ tandasnya. (pri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar